Sunda Hejo; Kopi Garut Ramah Lingkungan Citarasa Aromanis

Sunda Hejo; Kopi Garut Ramah Lingkungan Citarasa Aromanis

22 Dec 2018   |   By Franco Londah   |   3140 Views

Namanya lengkapnya Tria Herjaya, ia mulai terjun ke dunia kopi ketika membuka gerai kopi sekitar tahun 2010-2011-an atas ajakan salah satu rekannya.  Saat itu, Tria sudah menggunakan kopi khusus atau tepatnya kopi khusus yang ditanam dan dibudidayakan di Garut – tanah kelahiran pria tersebut.

Jauh  sebelumnya, Tria Herjaya  bekerja serabutan sebelum memantapkan hati kepada biji kopi yang akhirnya membuatnya jatuh cinta.  "Menggunakan kopi asli dari jabar karena memiliki banyak karakter dan identik dengan rasa yang manis," ujar Tria ditanya alasannya memillih kopi hasil bumi tanah Pasundan.

Kebun Kopi dan proses tanam dan berkembang bibit di wilayah Kadungora Garut yang bersahabat, baik dari segi suhu dan kontur tanahnya. Usahanya ini menghasilkan banyak sekali manfaat selain penghijauan lingkungan,  misi lainnya membuka lapangan kerja bagi warga sekitar dan lingkungannya. Jadi usaha kopi bernama Sunda Hejo ini tidak hanya memuaskan indera pengecap saja, atau sekedar menggedor mata untuk melek berjam-jam ngobrol ngalor-ngidul dengan para sahabat. Akan tetapi sisi positifnyalah yang menjadi tujuan utama. Menumbuhkan geliat ekonomi bagi orang lain, tidak hanya untuk diri sendiri.

Subjudul : Bagaimana dan darimana Tria "Sunda Hejo" belajar Kopi?

Tria tidak begitu saja langsung paham apa itu esensi kopi, proses olah, menanam yang benar sampai dapat dikonsumsi  oleh khalayak luas tanpa peran Ketua Koperasi Classic Beans; Eko Purnomo Widi. Tria dengan usaha  kopinya pun turut bergabung di dalam badan koperasi tersebut. Menimba 'ilmu kopi' bersama rekan-rekan sesama pecinta kopi lainnya kepada sang suhu. Hingga akhirnya dapat berdikari sendiri dan menciptakan kekhasan dari hasil kopi masing-masing.

Hal unik lain yang ditawarkan dari Sunda Hejo, dapat dilihat dari sisi penamaan kopi yang disesuaikan dari proses paska panen seperti;  arabika aromanis (natural proses dengan sistem atau cara langsung jemur), kopi jenis ini menjadi andalan  karena paling banyak disukai konsumen. Selain  unsur  lain, yakni  memiliki karakter tersendiri tidak seperti  jenis kopi pada umumnya, apalagi berbentuk kemasan instan, "Soal rasa jauh," pungkasnya. " Natural lebih ke aroma buah buah nangka dan didapatkan dari proses penjemuran  masih bersama dengan cangkang kulitnya yang didalamnya masih memiliki lendir  menempel langsung pada buahnya," tambah Tria.

Lalu ada jenis kopi dinamakannya Gulali, layaknya permen tradisional yang dijual semasa sekolah dasar - kenapa dinamakan seperti itu karena amelalui proses  perendaman, cita rasa dan lengket (bijinya) seperti madu. Jenis ini melalui proses "Semi wash" atau tidak sepenuhnya dicuci bersih dan pengupasan kulitnya, terlebih dahulu difermentasi selama satu malam atau paling sedikit, sekitar 12 sampai 14 jam. Baru setelah itu Ddcuci kembali lalu dijemur.

Selain arabika, jenis kopi robusta tidak kalah menjadi primadona. Prosesnya melalui giling basah, atau menguti kata Tria,"wethul’' dalam bahasa per-kopi an.

Harapan Tria, selain meningkatkan sumber daya alam dan manusia di sekitarnya, ia ingin memajukan perekonomian tanah kelahirannya. Menciptakan usaha dengan unsur kearifan lokal yang kental. Berkarakter.

Kabar baiknya, Sunda Hejo akan berjejaringan dana menambah ruang usahanya, rencananya dalam waktu dekat ia ingin membuka cabang toko kopi di beberapa lokasi di kota besar seperti Bandung, dan di daerah dataran tinggi seperti Ciwidey dengan target terluas; cabang di Flores.

Semangat Sunda Hejo! Salam #ngopisehat 

Tags :