Sunyaragi, Gua Sunyi di Tengah Kota

Sunyaragi, Gua Sunyi di Tengah Kota

11 Sep 2015   |   By Alfan Baedlowi   |   4680 Views

Coklatkita.com- Angin semilir memberikan kesejukan ditengah panasnya suhu Cirebon. Paparan bangunan dan reruntuhan dari batu yang tidak merata serta rumput hijau yang menghias pijakan kaki menambah indah dan santai salah satu jati diri bangsa berbentuk warisan budaya Indonesia yang semakin hari semakin surut termakan waktu ini. Indonesia memang mempunyai segalanya, dan inilah salah satu yang menakjudkan dari Indonesia tepatnya di Kabupaten Cirebon, dimana ada situs sejarah yang sekarang hanya menjadi saksi bisu tentang keasrian dan kejayaan budaya Cirebon pada masanya.

Sunyaragi, inilah nama yang disematkan oleh keraton Cirebon dari dulu untuk tempat yang awalnya dijadikan sebagai tamansari atau tempat bersantai keluarga keraton, selain itu tempat ini juga dulunya dijadikan sebagai tempat tinggal para tamu kerajaan yang sengaja datang. Letaknya yang dekat dengan Jl By pass kelurahan Sunyaragi, Kesambi, Kota Cirebon ini memang mempunyai akses yang cukup mudah untuk dijangkau baik yang datang dari atau dari dari luar Cirebon.

Tonjolan beberapa batu karang memang menjadi daya tarik tersendiri di tempat ini, batu karang besar yang seakan “terdampar” di tengah ramainya pemukiman memberikan kesan takjub atau kesan berbeda kepada semua orang yang melihatnya. Selain itu sejarah juga menjadi mendapat peranan penting di tempat ini. Beberapa goa menganga menjadikan aura sejarah memang kental di tempat ini.

Corak Timur Tengah sangat terlihat dari ukiran kayu-kayu yang ada, selain itu corak dan ornamen Cina juga cukup mendominasi, terlihat secara jelas dari keramik dan porselen yang ada di beberapa tempat. Hal ini memang menggambarkan secara langsung bahwa Cirebon juga menjadi salah satu tempat penyebaran warga Tionghoa di Indonesia.

Sejarah Sunyaragi

Tempat ini pertama dibangun sekitar tahun 1703 oleh Pangeran Kararangen yang tidak lain adalah cicit(anak dari cucu) Sunan Gunung Jati. Tempat ini memang menjadi satu kesatuan dengan Kraton Kasepuhan Cirebon yang sampai sekarang masih tegak berdiri sebagai bagian dari saksi bisu kejayaan kerajaan Cirebon pada saat itu.

Sunyaragi sendiri berasal dari bahasa Jawa yaitu “Sunya” yang berarti Sunyi dan “Ragi” yang berarti Raga. Bisa diartikan secara langsung bahwa Sunyaragi dulunya juga dijadikan tempat untuk mensunyikan diri dari hingar bingar kehidupan luar atau dalam bahasa lain disebut sebagai meditasi atau bertapa ujar Ahmad (61) sebagai salah satu penjaga cagar budaya di Kota Udang ini. Meditasi itu bisa dilakukan dengan berbagai tujuan salah satunya adalah mensucikan diri.

“Sebagian dan hampir semua tempat ini dipakai untuk bersemedi atau bertapa” ungkap Ahmad, pria yang sudah bertahun-tahun menjadi penjaga sekaligus guide salah satu situs sejarah ini.

Awalnya tamansari untuk kraton Kasepuhan Cirebon terletak di kawasan Gunung Sembung di Gunung jati yang sekarang menjadi areal pemakanan salah satu Wali Songo yaitu Shekh Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati. Namun karena alasan tempat tersebut penuh, maka Kraton Kasepuhan mencari tempat yang lebih luas untuk dijadikan tamansari sekaligus tempat bersemedi baik untuk keluarga kraton atau prajurit sekalipun.

Di Tamansari yang mempunyai luar 1,5 hektar ini, terdapat patung Perawan Sunti yang dulunya mempunyai tinggi sampai 1,2 meter. Patung tersebut mempunyai mitos yang cukup unik untuk perempuan yang belum menikah. Jika seorang gadis atau perawan menyentuh patung tersebut, dipercaya gadis tersebut akan susah mendapat jodoh. Entah benar atau tidaknya karena itulah mitos yang masih berlaku sampai sekarang di kalangan masyarakat sekitar.

Tamansari Gua Sunyaragi ini terbagi menjadi beberapa 12 bagian atau komplek yaitu: Bangsal jinem adalah tempat dimana Sultan biasa memberi wejangan kepada rakyatnya sekaligus melihat latihan prajurit. Gua Arga Jumud, tempat untuk melakukan pertemuan rahasia. Kompleks Mande Kemasan, Gua Pengawal adalah tempat berkumpulnya para pengawal ketika berada di Tamansari Sunyaragi ini. Gua Simanyang yaitu tempat berjaga. Gua Pandekemasang, Gua Pawon(dapur) gua untuk menyimpan makanan ketika ada acara di tempat ini. Gua Lawa(kelelawar) dulunya adalah sarang kelelawar, Gua Kelanggengan, tempat Sultan bertapa untuk melanggengkan jabatannya, Gua Peteng(gelap) sebagai tempat nyepi, Gua Padang Ati(Terang hati) sebagai tempat bersemedi untuk mensucikan diri dan mencari petunjuk, Gua Langse sebagai tempat bersantai para tamu kraton.

Selain semua bangunan tersebut, terdapat juga danau yang berfungsi untuk mengairi goa dan untuk memenuhi kebutuhan air di taman sari tersebut, terlihat jelas dari banyaknya parit kecil di sekitar tamansari. Patung gajah juga menghias tempat ini sebagai lambang dari pengerjaan dan pembangunan Sunyaragi yang terus menerus tanpa mengenal istirahat waktu itu.

Jika terus ditelusuri Taman Sari Gua Sunyaragi ini, maka kita akan menemukan satu monumen yang sangat kontras dengan semua tempat ini, monumen dengan nafas Tionghoa. Memang monument ini dibangun untuk menghormati dan memberi penghormatan terakhir kepada Ong Tien, seorang putri keturunan Cina yang tidak lain istri Sunan Gunung Jati. Banyak warga Tionghoa yang berdoa di tempat ini. Ujar Ahmad lagi.

Permasalahan di Sunyaragi

Melihat situs sejarah yang berharga ini, sungguh sesuatu yang sangat disayangkan jika warisan budaya ini hanya dijadikan tempat wisata tanpa ada penjagaannya sama sekali baik dari objek berupa batuan atau objek lainnya.

Sampah yang banyak menumpuk membuat suasana asri tempat ini sangat berkurang, belum lagi dengan banyaknya air yang merendam beberapa gua sehingga tidak bisa dimasuki sama sekali.beberapa porselen yang rusak juga menjadi masalah serius yang harus diselesaikan. Hal ini sungguh disayangkan padahal potensi wisata di tempat ini sangat besar melihat akses yang dilalui cukup mudah untuk ditempuh. Coretan disana-sini juga membuat tempat ini seakan tidak mempunyai nilai sejarah sama sekali.

“sebenarnya banyak tempat wisata di Cirebon salah satunya Sunyaragi, tapi nggak dimaksimalkan” ucap Desi(26) salah satu pengunjung gua Sunyaragi ini.

Walau sudah dilakukan pemugaran tapi hal itu ternyata tidak merubah banyak karena penjagaan yang tidak ketat sama sekali sehingga banyak warga sekitar yang kurang menghormati tempat tersebut dan hanya dijadikan tempat nongkrong, masuk keluarnya pun sangat mudah dilakukan karena penjagaan yang tidak ketat sama sekali.

Situs sejarah yang juga menjadi tempat wisata harusnya bisa dijaga dan dilestarikan oleh semua pihak termasuk juga kita sebagai warga Indonesia karena Sunyaragi juga menjadi bagian dari budaya Indonesia. Sunyaragi apakah akan selalu sepi dan sunyi?***

Tags : cirebon , cave , gua , adventure , trip , culture