Dari Lombok, Samethon Ampenan Dukung Indonesia Bebas Sampah 2020

Dari Lombok, Samethon Ampenan Dukung Indonesia Bebas Sampah 2020

27 Feb 2016   |   By Karolina Ketaren   |   3891 Views

Coklatkita.com- Banyak cara bagi komunitas peduli sampah untuk mengajak masyarakat lebih sadar, seperti dengan pertunjukan seni. Tepatnya Minggu (21/2/16) di hari peduli sampah nasional, komunitas bernama Samethon Ampenan menggelar pertunjukan wayang kulit di pinggir sungai Jangkuk Kota Mataram.

Pertunjukan ini berjudul “Beriuk Jagaq Gumi Paer” yang artinya “Bersama Kita Jaga Bumi”. Penampil sendiri berasal dari Sekolah Pedalangan Wayang Sasak, Sesela, Lombok Barat. Kegiatan ini ditujukan untuk merangkul warga di tepi sungai agar lebih peduli lingkungan dengan menjaga kebersihan, sekaligus juga mendukung gerakan Indonesia bebas sampah 2020.

wayang kulit lombok

"Ini merupakan gerakan bersama untuk menginisiasi publik dan mengajak masyarakat untuk mulai peduli pada lingkungan," tutunya Ketua Komunitas Semethon Ampenan Zia Helmi Senin (22/2/16) yang dilansir dari Kompas.com.

Tak hanya sekedar memberi hiburan, pementasan ini juga menginformasikan kondisi buruk Indonesia dengan banyaknya permasalahan sampah. Saat ini, 3,2 juta ton sampah plastik diproduksi setiap tahunnya. Jadi ada 4.400 ton sampah perhari yang disetor ke laut Indonesia Sobat Coklat.

Helmi menyayangkan masih minimnya kesadaran masyarakat dalam mengelola sampah plastik. Ia berpendapat jika terus seperti ini, tahun 2020 tujuan Indonesia menjadi negara bebas sampah tidak akan bisa tercapai. Yang lebih buruk, adalah akan lebih banyak sampah di laut dibandingkan dengan ikan. “Inilah yang menambah semangat kami ingin mengajak publik, karena tidak mungkin kita bergerak sendiri. Semua pihak harus peduli," kata Helmi. 

Ia percaya dengan cara menyampaikan hal penting ini melalui cara kesenian wayang seperti yang dilakukan leluhur kita bisa lebih berefek disamping himbauan resmi pemerintah.

Tak hanya wayang saja yang menjadi suguhan kesenian malam itu, ada juga pentas musik dari Ampenan Amsable. Pentas ini juga ikut menghibur para turis Lombok. Uniknya, perkusi yang dimainkan tersebut dibuat dari bahan sampah seperti botol plastik dan kaleng bekas rokok.

sungai di lombok

Sameton Ampenan (SAMPAN), begitulah kumpulan pemuda Kota Tua Ampenan, Mataram Lombok menamai dirinya. Mengusung tugas mulia yaitu menjaga kota tua dari segi lingkungan maupun keamanan. Jangan dikira kalau hanya pemuda asli Ampenan yang tergabung dalam komunitas ini. Dalam kelompok ini juga terdapat Warga Negara Asing (WNA) seperti Jerman, Slovania, Australia, Amerika, Perancis, Costarica. “Yang pasti mereka peduli dengan Ampenan, itu semeton (saudara) kami,” ujarnya Helmi.

Memulai berkegiatan tahun 2013 lalu. Kegiatan sosial seperti bakti sosial dan penghijauan di taman Jangkuk Side Walk di Ampenan. “Jadi semangat kami sederhana saja, ingin membuat orang kembali beraktivitas di sungai. Dengan itu kita akan mencintai sungai,” ujarnya. 

Trash Wheel

Semua gerakan ini semata-mata dilandasi karena kecintaan dan rindu terhadap lingkungan yang asri di masa lalu. Kelompok ini juga rajin menyerukan kampanye untuk tidak membuang sampah ke sungai. “Kami sendiri awalnya tidak mengetahui dampak besar dari sampah yang dikirim ke laut, tetapi kami memulai pergerakan ini sejak 2013 lalu karena kami rindu kondisi sungai yang dulu, waktu kecil sungai asri dan kamu bisa berlibur di pinggir sungai,” ucapnya kepada Global Radio Fm januari lalu .

Kedepannya, Komunitas Samethon Ampenan ini merencana untuk mendatangkan trash wheel yang saat ini masih diproduksi secara terbatas di Amerika. Untuk menggalang dana 1,5 juta dollar, mereka akan menyelenggarakan Festival Musik Internasional. Hebat kan Sobat Coklat?

Sumber: sierraclub.org, thelombokguide.com | Foto: Facebook Samethon Ampenan

Tags : Samethon Ampenan , Wayang Sasak , Lombok , Indonesia Bebas Sampah 2020 , Hari Bebas Sampah