Coklatkita.com - Posisi Paledang tidak akan ada artinya tanpa peran Lamafa. Tugas mereka lah untuk menombak paus yang sedang melintas, membidik terlebih dahulu dengan senjata yang dinamakan tempuling, berintuisi berdasarkan pengalaman, konsentrasi, fokus sejurus kemudian menombaknya tanpa ampun. Tempuling adalah tombak dari bambu yang panjangnya sekitar 4 meter, dilengkapi mata tombak dari besi sepanjang 30 cm.Pada ujung gagang tombak diberi ikatan tali yang cukup kuat agar dapat digunakan untuk menarik badan paus yang berhasil ditangkap.
Tempurung kepala hewan tersebut adalah bagian yang menjadi sasaran utama paralamafa saat beraksi. Mereka loncat dari ujung bagian depan perahu dengan mata tombak terhunus menuju tepat tempurung kepala paus sembari menceburkan badan ke perairan laut Savu.
Sebuah pekerjaan yang jelas berisiko amat tinggi, sehingga tak sembarang penduduk Lamalera yang bisa menjadi lamafa. Konon jika salah menombak, seperti pada paus yang sedang hamil atau paus muda, maka seluruh kampung akan tertimpa musibah.
Menjadi seorang lamafa berkaitan dengan takdir, panggilan hati dan unsur spiritualisme. Selain membutuhkan pelatihan berat, untuk memilih paus yang dirasa pantas untuk diburu, teknik dan tata cara menombaknya perlu dipelajari. Di akhir, profesi menjadi seorang lamafa disempurnakan melalui serangkaian prosesi adat suku lamalera. Untuk menjadib seorang lamafa, diyakini oleh para tetua ada beberapa ketentuan, mayoritas syratnya tidak tertulis. Melalui sikap serta perilaku tuk menilainya. Lamafa yang terpilih adalah lelaki yang santun, taat beribadah, berbudi, serta tak pernah melakukan hal tercela.
Meski sempat dilayangkan protes oleh kalangan pecinta lingkungan internasional, paus yang berhasil diburu, tidak diperjual-belikan tetapi dibawa kembali ke kampung, lalu hasil buruannya dibagikan kepada seluruh masyarakat kampung. Setiap orang akan mendapatkan bagian yang sesuai dengan jasa mereka selama perburuan berlangsung.
Sebagian organnya seperti tulang, sirip, minyak, kemudian dapat mereka manfaatkan sebagai barang kerajinan berupa aksesoris cincin, gelang, anting bahkan menjadikannya bahan bakar lampu minyak.
Hal unik lainnya, hampir sebagian besar penduduk lamalera memeluk kristen katolik, maka kegiatan berburu paus pantang dilakukan di hari minggu oleh para pendekar pemburu paus karena hari itu adalah hari beribadah di gereja.
Tiga unsur dalam keyakinan umat kristen seakan menggambarkan Suku Lamalera kala melakukan budaya berburu paus dalam “Trinitas”. Ketiga unsur itu terbagi menjadi Paledang, Lamafa, dan Tempuling. Sebuah kesatuan.
Sumber tulisan :
https://beritagar.id/artikel/piknik/paledang-lamafa-dan-perburuan-paus-di-lamalera