Inovasi dari sebuah seni pertunjukan dengan penggunaan teknologi adalah salah satu upaya pelestarian kebudayaan. Hal inilah yang dilakukan oleh komunitas Wayang Cyber. Beberapa kebaruan tersebut diantaranya dengan penggunaan digital drawing, video mapping, dan efek 3D pada platform multimedia menjadi kebaruan yang diperkenalkan oleh komunitas yang saat ini berdiri dibawaha naungan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Studio 229 Universitas Pendidikan Indonesia (UPI).
Sobat coklat pasti sudah tidak asing lagi dengan berbagai jenis wayang di Indonesia. Namun, bagaimana dengan wayang cyber? Inilah satu-satunya pertunjukan wayang inovasi dari salah satu komunitas yang bernama Wayang Cyber yang dahulunya terdiri dari sekumpulan Mahasiswa Pendidikan Seni Rupa UPI.
Wayang Cyber ini pertama kali mementaskan pertunjukan ini pada tahun 2001 di kampus tersebut. Selanjutnya mereka juga sempat beberapa kali menampilkan pertunjukan wayang ini di Kota Bandung dan Jakarta sampai dengan tahun 2005. Namun, komunitas ini sempat mengalami kebekuan selama 8 tahun hingga kembali menampakan dirinya di tahun 2013 hingga saat ini.
Untuk mementaskan pertunjukannya, komunitas ini memanfaatkan digital drawing yang disorotkan melalui proyektor, beberapa tokoh bayangan wayang dari kertas atau wayang orang yang sesekali tampil dari balik layar. Jika sobat coklat ingin menyaksikan pertunjukan dari komunitas ini, jangan harap untuk mendengarkan dalang bernarasi ataupun mengenali figur dalam cerita wayang tersebut. Sepanjang pertunjukan, sobat coklat hanya akan mendengat musik tekno yang jelas tidak ada dalam pertunjukan wayang yang biasanya. Namun, selembaran pengantar pertunjukan yang diberikan sebelum pemetasan, agaknya bisa memandu sobat coklat untuk memahami isi cerita.
Memberikan sentuhan teknologi tentu menjadi alternatif untuk melestarikan suatu kesenian. Seperti halnya eksplorasi media rupa dalam pertunjukan wayang yang dilakukan komunitas Wayang Cyber, tentu sobat coklat juga bisa melakukannya.