Coklatkita.com - Pernah mendengar tidak kalau dulu kepulauan Indonesia jadi rebutan penjajah karena kaya akan rempah-rempah? Ya, memang benar seperti itu Sobat Coklat. Selain pulau besar, ada juga pulau kecil bernama Run atau Rhun yang terkenal kaya akan pala pada masa penjajahan dulu. Meski pulau ini hanya memiliki garis pantai sepanjang 3 kilometer dengan lebar 1 km, ternyata Inggris dan Belanda memperebutkan pulau kecil yang berada di Kepulauan Banda, Indonesia.
Di Abad ke-17 Myristica Fragrans atau buah pala ini punya nilai jual yang tinggi. Selain untuk mengawetkan makanan, pala juga digunakan sebagai obat pes yang mewabah di masa pemerintahan Ratu Elizabeth I di Inggris. Tidak cuma mengobati pes, pala juga dikenal luas sebagai obat influenza, perut kembung, dan bahkan sebagai obat kelainan fungsi organ kelamin pada lelaki.
Karena fungsinya yang beragam ini, akhirnya dahulu nilai jual pala naik hingga 10 kali lipat. Perlu juga diketahui Sobat Coklat, rempah-rempah termasuk pala tersebut didatangkan Belanda dari 10 pulau di Kepulauan Banda, kecuali dari Pulau Run. Pulau ini akhirnya jatuh ke tangan Inggris di tahun 1616 setelah ekspedisi besar-besaran yang dilakukan oleh Britania Raya ini.
Saking gembira bisa menguasai Pulau Run, Raja Inggris James I memperoleh gelar “King of England, Scotland, France, Ireland, and Run”. Meski dahulu Run sudah dikuasai Inggris, Belanda tetap berambisi menjadikan Run miliknya. Perang pertama antara Belanda melawan Inggris meledak di tahun 1652-1654. Namun pada 1667, perang terhenti dengan Perjanjian Breda yang isinya menukar Run dengan Pulau Manhattan. Akhirnya, nama Nieuw Amsterdam di Afrika Utara diubah menjadi New York City.
Setelah 350 tahun penukaran Pulau Run, tanah rawa Afrika yaitu Manhattan ternyata berkembang jadi kota metropolis dunia. Sedangkan monopoli Belanda terhadap pala runtuh di tahun 1817. Sejak saat itu Pulau Run tidak dianggap penting lagi dan ditinggalkan oleh Belanda. Kini, Pulau Run menjadi lokasi yang tertinggal. Dikutip dari www.news.com.au (15/02), dijelaskan jika pulau ini adalah salah satu pulau yang terbelakang dari segi fasilitas publiknya. Bahkan, listrik hanya menyala selama 4 jam setiap harinya. Jangan membayangkan ada koneksi internet jika kamu berkunjung kesana ya, Sobat Coklat.
Di tengah kemajuan di pulau besar, penduduk Run masih harus berjalan kaki dalam aktifitas harian mereka. Meski begitu, pulau yang lokasinya lebih dekat ke Kota Darwin Australia ini masih bertahan dengan identitas masa lalunya, yaitu mengimpor pala 3 kali setahun ke luar negeri sampai ke meja makan di restoran mewah di New York sana.
Hanya sedikit penduduk asli Pulau Run yang mengetahui sejarah besar ini, salah satunya Jusuf Baharani. Ia meragukan jika New York adalah wilayah yang ditukar dengan Pulau Run. "Kalau tidak salah Florida, bukan New York yang dulu ditukar dengan pulau kami," ucapnya yang dikutip dari News.com.au, (15/2).
Melalui foto yang beredar di media massa, lelaki itu mengetahui gambaran dari megahnya Kota New York. Ada banyak gedung-gedung tinggi. Kok bisa orang bisa hidup tanpa pantai dan pohon-pohon pala,” ucapnya. Ya begitulah, meski perbedaan jauh antara New York dan Pulau Run, penduduk pulau ini tidak merasa iri, bahkan mereka hidup bahagia dalam kesederhanaan dan keterbatasan. ***
SOURCE: global.liputan6.com | PICTURE: www.picssr.com, www.city.0932.ru, www.cnnindonesia.com, www.telegraph.co.uk