Para Pemburu Paus dari Lamalera, Nusa Tenggara Timur

Para Pemburu Paus dari Lamalera, Nusa Tenggara Timur

5 Feb 2019   |   By Franco Londah   |   3969 Views

Coklatkita.com - Desa Lamalera, Kecamatan Wulandoni, KabupatenLembata, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Desa tersebut berjarak tempuh sekitar 65 km dari Lewoleba, ibukota Lembata.

Sedianya ada dua buah kata yang tak terpisahakan dari Desa Lamalera, yaitu paledang dan lamafa. Keduanya memiliki hubungan erat dengan sang mamalia laut yang disebut baleo oleh warga setempat atau paus orca umum menyebutnya.

Paledang merupakan perahu tradisional yang hanya digunakan saat berburu ikan paus, sementara lamafa merupakan para juru tombak paus, orang-orang dengan keterampilan dan keberanian luar biasa.

Lamalera dikenal luas sebagai kampungnya para pemburu paus yang konon katanya sudah melakukannya sejak ratrusan tahun lalu, sejak zaman nenek moyang asal muasal suku Lamalera.

Keberadaan Paus di perairan laut sekitar Lamalera, dianggap sebagai keberkahan yang dikirim untuk menjaga kehidupan serta kelestarian adat istiadat budaya kampung tersebut. Meski kegiatan purba ini sudah dilakukan turun temurun dan menjadi warisan budaya setempat, organisasi-organisasi non-pemerintah yang bergerak di bidang konservasi dan perlindungan alam seperti World Wide Fund for Nature (WWF) dan Greenpeace gencar mengkritik, menentang dan melarang secara hukum internasional aktivitas berburu paus. Seperti yang disampaikan oleh Kepala Suku Bedonia, Abel Onekala Beding. Ia salah satu sesepuh di kampung tersebut.

Upaya warga sekitar untuk bernegoisasi mendapatkan titik terang ketika salah satu tetua dan wakil dari pemerintah serta warga Lamalera menjelaskan kepada kedua LSM internasional itu  bahwa tradisi berkaitan dengan berburu paus tidak bisa dihentikan, dan sebagai penyeimbang alam. Terlebih tidak ada unsur komersil di balik itu semua. Akhirnya kedua LSM itu merestui.

"Kami berburu seperlunya, tak semua paus yang melintas kami tombak," tutur Abel dilansir dari beritagar.id. "Perburuan paus ini sangat berarti bagi warga kami, karena dari sanalah berkah kami." Selainitu, mengutip Netralnews.com, paus yang ditangkap tak sampai 20 ekor setiap tahunnya. Mereka juga menyatakan tak menangkap paus yang masih bayi dan yang sedang hamil. Ada tahap seleksi yang dilakukan para pemburu paus.

Bersambung.

Sumber foto : Taman Bacaan Online, SMPK Santo Yoseph Naikoten, tripadvisor.co.id

Tags :