Coklatkita.com- Sobat Coklat pernah melihat orang dengan tato di tubuhnya? Pernahkah kamu memikirkan alasan dari seseorang yang menato tubuhnya? Keinginan dari diri sendiri, ajakan teman? Satu fakta menarik datang dari Suku Mentawai yang berada di Sumatera Barat, dimana tato sudah menjadi tradisi leluhur mereka. Bahkan tato Mentawai ini diperkirakan Dosen Seni Rupa Universitas Negeri Padang, Ady Rosa adalah seni rajah tubuh tertua di Dunia.
Menurut penelitian yang dilakukan Ady, tato Mentawai mempunyai usia yang lebih tua dibanding tato Mesir di Afrika. Temuan ini diperkuat dengan data dari Encyclopaedia Britannica yang menyatakan tato mumi ditemukan abad 1300 SM. Sedangkan seni rajah tubuh Mentawai sudah lebih dulu dilakukan pada abad 1500-500 SM. Bahkan dalam tesisnya Ady menemukan 160 motif dari tato tradisional Suku Mentawai ini.
Satu cerita khas mengapa Suku Mentawai menato tubuhnya, mereka menilai tato sebagai busana abadi yang bisa dibawa mati. Konon, setelah meninggal tato ini dianggap menjadi penanda untuk saling mengenali leluhur di alam baka. Titi (sebutan khas untuk tato mentawai) ini dikenal cukup ini karena memenuhi sekujur tubuh orang Mentawai. Bahkan motif titi ini menjadi identitas lain selain nama penggunanya.
Untuk motif dari titi biasanya juga melambangkan status sosial. Orang dapat mengenali pekerjaan orang Mentawai dari gambar yang melekat di tubuhnya. Misalnya, para ahli berburu akan ditato dengan motif babi, ruda, kera, buaya, atau burung. Beberapa motif lain disimbolkan dengan batu, hewan, atau tumbuh-tumbuhan. Hal ini melambangkan kereligiusan dari kaum Mentawai sendiri yang memang bisa berinteraksi dengan elemen-elemen alam yang dijumpainya.
Untuk waktu kapan orang Mentawai menato tubuhnya yaitu saat anak lelaki maupun perempuan memasuki usia 11-12 tahun. Orang tua anak akan memanggil dukun sikerei dan kepala suku (rimata) untuk menentukan tanggal penatoan tubuh. Setelahnya seorang sipatiti atau juru tato akan menato tubuh dari anak pada waktu yang dirasa tepat.
Sebelum anak dari Suku Mentawai menato tubuh, ada acara sakral yang harus dilakukan. Upacara ini dikenal dengan punen enegat yang dilakukan di Putukurat (galeri tato Sipatiti). Ritual ini hukumnya wajib dilaksanakan dan dinilai cukup berat, bahkan untuk orang Mentawai sendiri. Setelah itu, barulah belasan tato akan digambari pada tubuh anak tersebut. Setelah sipatiti melaksanakan tugasnya, mereka harus dibayar dengan seekor babi.
Untuk pewarna dari titi, biasanya diambil dari arang dan air tebu melalui proses pemanasan diatas tempurung kelapa. Sedangkan jarumnya terbuat dari tulang hewan hasil buruan atau kayu karai yang telah runcing. Proses penatoan sendiri dilakukan dengan menggetokan jarum di tubuh orang Mentawai. Biasanya titi diawali dengan garis-garis yang menjadi motif utama dari Suku Mentawai ini.
Saat ini seni menato tubuh di Suku Mentawai mungkin terancam punah. Hanya sebagian dari orang Mentawai yang masih melakukan tradisi yang dulu dikenal populer di suku ini. Praktik tato ini mungkin masih bisa kamu temukan di Desa Madobak, Ugai, dan Matotonan. Beberapa penyebab kepunahan dari tato ini diantaranya ajaran animisme yang berganti dengan agama, serta pemusnahan tato di Suku Mentawai oleh pemerintah di tahun 1980. Fatalnya ratusan motif khas mentawai lalai terdokumentasikan kala itu.
Diolah dari sindonews.com dan kompas.com
Gambar: baltyra.com, radioenergy.bg, midjournal.com