Coklatkita.com- Sobat, kamu pasti sudah tidak asing dengan kisah Romeo-Juliet bukan? Kisah cinta buah karya dari William Shakespeare ini terkenal dengan perpisahan mereka yang diakibatkan permusuhan keluarga. Tidak hanya berpisah, kisah tragis ini ditutup dengan kematian dari Romeo dan Juliet. Nah Sobat selain kisah cinta ala Shakespeare, Nusantara punya kisah Romeo dan Juliet sendiri yang dikenal dengan kisah Panji dan Galuh, dari Kediri. Ingin tahu bagaimana kisah perjalanan Romeo-Juliet versi Nusantara ini. Yuk, simak Sobat.
Sobat, jika tragedi antara Romeo dan Juliet terjadi akibat permusuhan antara keluarga Capulet dan Montague, kisah Panji-Galuh merupakan konflik yang terjadi di kerajaan besar yang dibangun oleh Raden Airlangga. Setelah berhasil membangun kerajaan, berada di ujung kekuasaan dan harus turun tahta, Raja Airlangga akhirnya memberikan kekuasaan kepada Dewi Kilisuci. Namun, sang Dewi menolak titah tersebut dan memberikan kekuasaan kerajaan pada adiknya yang bernama Lembu Amiluhur dan Lembu Amerdadu, yang memecah kerajaan menjadi dua wilayah.
Bukannya menjadi kerabat kerajaan yang hidup rukun, kedua kerajaan yaitu Jenggala yang dipimpin oleh Lembu Amiluhur dan Panjalu yang dibawah pimpinan Lembu Amerdadu malah berselisih dan saling adu kekuatan. Pada akhirnya kerajaan yang pimpinannya terikat persaudaraan ini menjadi musuh yang sama-sama tidak mau mengalah, Sobat Coklat.
Lama memimpin kerajaan, akhirnya para pemimpin dari kerajaan tersebut memiliki putra dan putri. Kerajaan Jenggala memiliki putra raja bernama Raden Inu Kertapati dan saudaranya, sedangkan Kerajaan Panjalu memiliki putri bernama Galuh Candra Kirani (Sekartaji) dan saudara tirinya Galuh Ajeng. Untuk mengakhiri permusuhan, Galuh Candra Kirana dijodohkan dengan Raden Inu Kertapati yang memang telah lama jatuh cinta padanya.
Sayangnya kisah cinta Raden Inu Kertapati atau Panji Asmara Bangun tidak berjalan mulus, Sobat. Perjodohannya dengan Galuh Candra Kirana tidak berjalan mulus dengan dibunuhnya permaisuri Panjalu oleh selir dari raja sendiri. Dengan berbagai cara, selir raja berusaha mengubah perjodohan Galuh Candra Kirana agar diganti dengan Galuh Ajeng.
Bersimpati dengan kesedihan yang dialami Galuh Candra Kirana, Raden Inu Kertapati pun menghiburnya dengan memberikan boneka. Agar tidak menimbulkan perasaan iri dari Galuh Ajeng, Sang Raden membuat dua boneka. Boneka pertama dibungkus dengan kain biasa, dan boneka kedua berbalut kain sutera. Melihat boneka kedua berbungkus kain sutera, Galuh Ajeng mengambil bungkusan tersebut terlebih dahulu sehingga Galuh Candra Kirana mendapatkan sisanya. Ketika bungkusan itu dibuka, betapa terkejutnya Galuh Candra Kirana dengan boneka indah yang terbuat dari emas, sedangkan boneka yang didapat Galuh Ajeng jauh lebih jelek, Sobat. Melihat perbedaan itu, Galuh Ajeng pun merebut paksa boneka Candra Kirana sehingga terjadi konflik hebat di antara keduanya.
Melihat keributan tersebut, Ayah Galuh Candra Kirana dan Galuh Ajeng akhirnya naik darah dan mengusir Galuh Candra Kirana dari kerajaan. Setelah terusir dari kerajaan, Galuh Candra Kirana pun menemui Sang Bibi, Dewi Kilisuci. Perginya Galuh Candra Kirana pun membuat rencana selir raja Panjalu semakin mulus. Akhirnya perjodohan pun terjadi antara Galuh Ajeng dan Raden Inu Kertapati.
Karena cintanya yang begitu besar pada Raden Inu Kertapati, Galuh Candra Kirana dibantu oleh Dewi Kilisuci untuk menyamar menjadi pria, berubah nama dengan Panji Semirang, dan menyusup ke Kerajaan Jenggala. Raden Inu Kertapati pun bertindak sama dengan Galuh Candra Kirana, Ia pun pergi dari kerajaan dan mencari keberadaan wanita yang dicintainya. Dengan bantuan Dewi Kilisuci, akhirnya Raden Inu berubah wajah dan menyamar menjadi Panji Asmoro. Takdir pun mempertemukan mereka kembali Sobat Coklat.
Berbeda dengan Romeo dan Juliet yang berakhir tragis, Kisah Raden Inu Kertapati dan Galuh Candra Kirana berkakhir dengan bahagia. Mereka memilih menikah, hidup sederhana, dan tanpa latar belakang kerajaan Sobat. Hingga saat ini, kisah Panji Galuh dimainkan dalam pertunjukan drama tradisional Jawa Sobat.
Kamu setuju kan, Romeo Juliet versi Kerajaan Nusantara memiliki akhir yang lebih indah Sobat?
Sumber: boombastis.com | boomabastis, wonderland magazine, kompas.com, balityra