Coklatkita.com - Ada cerita legenda tersendiri terkait pohon tarumenyan yang ada di DesaTrunyan Bali ini. Konon di zaman dahulu, wangi pohon tarumenyan sanggup menghipnotis empat bersaudara yang berasal dari Keraton Surakarta yang tengah melakukan perjalanan melintasi lautan. Alhasil, empat orang ini pun akhirnya tiba di DesaTrunyan. Tidak dinyana, sulung dari empat bersaudara itu jatuh cinta pada seorang Dewi penunggu pohon tarumenyan.
Keduanya pun akhirnya menikah, dan mendirikan sebuah kerajaan kecil di DesaTrunyan Bali, dan pangeran sulung menjadi raja kecil bergelar Ratu Sakti Pancering Jagat. Dalam kepemimpinann yaitu, dia pun merasa kalau bau harum dari tarumenyan bisa membahayakan DesaTrunyan. Akhirnya, dia pun memerintahkan agar mayat orang yang meninggal tidak lagi dikubur, tetapi dibiarkan saja di dekat tarumenyan. Sejak itu, bau wangi tarumenyan pun tidak lagi menyebar dan di waktu yang bersamaan mayat yang diletakkan di atas tanah tidak membusuk.
Trunyan adalah desa kuno yang dihuni oleh orang-orang yang menyebut diri mereka "Bali Aga" atau Bali tua yang hidup dengan cara yang sangat berbeda dari orang Bali lainnya. Candi Bali Aga di desa ini dinamai Puser Jagat, yang berarti pusar alam semesta. Arsitekturnya sangat tidak biasa, dan berdiri di bawah naungan pelindung pohon beringin yang masif. Bali Aga memiliki cara penguburan yang aneh. Alih-alih mengkremasi mayat mereka, Bali Aga hanya menempatkan mereka di bawah pohon beringin. Bau misterius ditutupi oleh aroma arboreal khusus yang dipancarkan oleh pohon beringin.
Desa Trunyan diapit erat antara danau dan tepi kawah luar dari Batur, sebuah gunung api maha kuasa di Kintamani. Ini adalah desa Bali Aga, dihuni oleh keturunan asli Bali, orang-orang yang mendahului kedatangan kerajaan Hindu Majapahit di abad ke-16. Di sini dikenal dengan pura Pura Pancering Jagat, namun sayang pengunjung tidak diijinkan masuk. Ada juga beberapa rumah bergaya tradisional Bali Aga, dan pohon beringin besar, yang konon berusia lebih dari 1.100 tahun. Di dusun Kuban yang dekat denganTrunyan adalah pemakaman misterius yang dipisahkan oleh danau dan hanya dapat diakses dengan perahu, tidak ada jalan setapak di sepanjang dinding curam kawah.
Berbeda dengan orang Bali pada umumnya, orang Trunyan tidak mengkremasi atau mengubur orang mereka yang sudah mati, tapi hanya meletakkannya di kandang bamboo hingga membusuk, meski begitu tidak ada baubusuk. Koleksi tengkorak dan tulang yang mengerikan terletak pada platform batu dan daerah sekitarnya. Mayat tersebut tidak menghasilkan bau busuk karena aroma wangidari pohon TaruMenyan besar yang tumbuh di dekatnya. Taru berarti 'pohon' dan Menyan berarti 'baunyaenak'. Nama Trunyan juga berasal dari dua kata tersebut. Wanita dari Trunyan dilarang pergi kepemakaman saat mayat dibawa kesana. Hal ini mengikuti keyakinan yang berakar kuat bahwa jika seorangwanita datang kepemakaman saat mayat dibawa kesana, akan ada bencana di desa, misalnya tanah longsor atau letusan gunung berapi. Peristiwa semacam itu sering terjadi dalam sejarah desa, tapi apakah ada hubungannya dengan wanita itu adalah masalah pendapat.
Di dalam lokasi pekuburan, terdapat tiga kelompok kuburan yang diklasifikasikan berdasar tradisi DesaTrunyan, yaitu menurut umur jenazah, keutuhanjasad, dan cara penguburan. Kelompok yang pertama disebut setrawayah yang merupakan tempat pemakaman yang dianggap paling suci dan paling baik karena berisi jenazah yang jasadnya masih utuh, tidak cacat, danjenazah yang meninggalsecarawajar, bukankarenakecelakaan, bunuhdiriataudibunuh. Kelompok yang kedua disebut kuburan muda yang memang diperuntukkan khusus untuk menempatkan jasad bayi dan orang dewasa yang belum menikah, dan tetap dengan syarat jenazahnya harus utuh dan tidakcacat. Sementara kelompok yang ketiga disebut setrabantas, khusus untuk jenazah yang tidak utuh dan yang meninggal secara tidak wajar, misalnya karena kecelakaan dan bunuh diri.
Menuju Lokasi ke DesaTrunyan Bali
Bagi wisatawan yang tertarik untuk menuju ke Desa Trunyan Bali sangat mudah. Lokasi obyek wisata kuburan DesaTrunyan berjarak sekitar enam puluh kilometer dari Kota Denpasar. Desa Trunyanini berada di tepi Danau Batur Kintamani. Untuk menuju kesana, traveler pun tinggal menyewa perahu yang ada di Dermaga Kedisan. Untuk naik perahu, traveler harus mengeluarkan biaya bekisar antara 50 hingga 100 ribu dengan kapasitas untuk lima orang. Perjalanan naik perahu menuju Trunyan butuh waktu kurang lebih 30 menit. Untuk mencapai Desa Trunyan tidak terlalu sulit, Anda bisa berwisata dengan kendaraan umum atau mobil pribadi Anda sekitar 3 jam dari Denpasar. Lokasinya terletak di desa kecil di Batur, pengunjung hanya bisa sampai ketempat ini dengan kapal kecil yang membawa pengunjung di ujung dermaga kayu tempat Gunung Batur yang menakjubkan terlihat. Menyeberangi danau ke Trunyan memakan waktu antara 20-30 menit.
Bersambung.
Sumber Tulisan dan Artikel dengan Isi yang sama pernah terbit di:
https://www.kintamani.id/desa-trunyan-bali-00111.html
[TimIndonesiaExploride/IndonesiaKaya]
https://www.indonesiakaya.com/jelajah-indonesia/detail/kuburan-desa-trunyan